Monday, February 22, 2010

Sok Kenal, Sok Dekat [SKSD]

Kata orang, wartawan yang baik itu harusnya hasil blasteran antara ilmuwan dan wartawan. Maksudnya, wartawan itu harus memiliki otak yang berpikir kritis seperti ilmuwan. Setiap informasi tidak ditelan mentah-mentah tetapi diverfikasi, diuji dan diperiksa kebenarannya. Di sisi lain, meski bersikap kritis [bahkan kadang skeptis], tapi wartawan harus mahir menjalin hubungan pribadi dengan narasumber, luwes dalam pergaulan dan tidak boleh malu-malu. Akan tetapi kalau terlalu sok kenal dan sok dekat juga dapat membuat malu. Inilah yang saya alami. Begini ceritanya.
Waktu itu, kami akan mengangkat laporan utama tentang tulisan apokrif "Injil" Tomas. Kami mendapat informasi bahwa ada narasumber yang sangat berkompeten yang sedang berkunjung di Jogja. Namanya romo V Indra Sanjaya pr. Beliau adalah lulusan Universitas di Roma dan mendalami tentang kitab-kitab apokrif. Informasi itu juga menyebutkan bahwa romo Indra sedang berada di asrama mahasiswa Realino yang bertetangga dengan kantor redaksi.
Ini kesempatan bagus. Maka pak Xaiver lalu menugaskan saya dan Lily Halim untuk mengejar sang narasumber. Saya menyiapkan kamera foto, semantara Lily Halim menyiapkan tape dan kaset. Mengendarai sepeda motor Yamaha milik kantor, kami segera meluncur ke asrama Realino. Bagi Liliy Halim, tempat ini bukan asing lagi baginya karena dia pernah kuliah di IKIP Sanata Darma [sekarang menjadi Universitas].
Saat berjalan masuk, saya bertanya pada Lily Halim, "Mbak Lily sudah mengenal romo Indra?"
"Belum," jawabnya. Blaik! Semula saya menyangka dia sudah tahu yang mana romo Indra. Selain lebih senior daripada saya, dia juga pernah kuliah di sini.
Suasana asrama sangat lengang. Kami bingung harus menemui siapa. Lalu tiba-tiba melintas sosok pria dewasa. Dari postur dan cara berjalannya, sepertinya sih seperti imam katolik. Maka kami menyimpulkan dia pasti romo Indra. Toh, tak banyak orang yang ada di sini.
Segera saja Lily Halim menyodorkan tape dan mengajukan rekaman. Saya segera bersiap memotret sang "narasumber". Namun ada keanehan. Sang "narasumber" kelihatan plenggang-plenggong, tidak tahu harus menjawab apa. Maka kami mulai sadar, jangan-jangan kami salah sangka.
"Bapak yang namanya romo Indra Sanjaya, bukan?" tanya saya dengan senyum kecut.
"Bukan. Saya petugas administrasi di sini," jawabnya. Maka meledaklah tawa kami. Dengan rasa malu, kami minta maaf dan menjelaskan maksud kedatangan kami.
Untunglah bapak itu tidak marah, Dia lalu menjelaskan bahwa romo Indra sudah pergi ke Seminari Kentungan di jalan Kaliurang. Dengan wajah memerah, akhirnya kami pun pamitan.
***
Keesokan harinya, barulah kami berhasil mewawancarai romo Indra yang "asli"

Maaf terpotong, baca sambungannya... silakan klik ini.

Pencarian Terakhir

Setelah Passion of Christ, kira-kira film apa lagi yang cocok ditonton untuk membantu menghayati penderitaan Kristus pada masa pra Paskah ini? Meski tidak menceritakan Yesus di dalam plot utama, namun film "The Final Inquiry" ini perlu Anda pertimbangkan untuk ditonton.

Film ini mengambil setting tiga tahun setelah kematian Yesus. Pada saat itu beredar rumor bahwa pengikut Guru yang bangkit dari kematian itu sedang menyiapkan pemberontakan terhadap kekaisaran Romawi. Kaisar Tiberius (Max von Sydow ) yang mengasingkan diri di pulau Capri memutuskan untuk menyelidiki kebenaran rumor ini. Maka dia memanggil jenderal perangnya, Titus Valerius Toros (Daniele Liotti) yang sedang diasingkan ke negeri Jerman. Titus pulang sambil membawa Braxus (Dolph Lundgren), orang Jerman yang ditaklukannya sebagai budak.

Titus mendapat tugas menyelidiki kebangkitan Yesus. Dia diangkat sebagai utusan khusus dan harus melapor langsung kepada kaisar. Ditemani oleh Braxus, Titus segera berlayar ke wilayah Yudea di Yerusalem. Begitu mendarat di kota suci itu, hambatan pertama sudah menghadang. Penghubungnya yang ada di Yudea dibunuh oleh ekstremis Yahudi. Sebelum menghembuskan nafas terakhir, sang penghubung memberikan petunjuk yang mengarah ke bekas rumah Yudas Iskariot. Saat ditelusur ke sana, pemilik rumahnya tidak banyak memberikan informasi yang berharga.

Kembali ke Yerusalem, secara tidak sengaja Titus bertemu dengan Tabitha (M�nica Cruz), seorang perempuan belia yang dijodohkan dengan Rabi Yahudi. Titus yang masih lajang langsung terpesona kecantikan Tabitha pada pandangan pertama. Saat itu, Tabita baru saja menghadiri pertemuan rahasia dengan orang Kristen yang dipimpin oleh Stefanus.

Sebenarnya Titus ingin melakukan penyelikan dengan diam-diam, tapi keberadaannya di Yerusalem tercium oleh Pontius Pilatus. Meskipun menikahi Claudia, adik kaisar Tiberius, namun Pontius Pilatus berusaha menjaga jarak dengan kaisar Tiberius. Maka ketika mengetahui ada utusan Kaisar yang diam-diam melakukan penyelidikan di wilayahnya, Pilatus merasa jengkel dan menjadi paranoid. Meski begitu, dia tidak menunjukkan secara terang-terangan. Sebagaimana kaum politisi, Pilatus berpura-pura ramah. Dia mengundang Titus untuk menghadiri perjamuan makan di istananya.

Namun sesungguhnya Pilatus menginginkan Titus segera pergi dari wilayahnya. Untuk itu, dia melakukan serangkaian upaya untuk meyakinkan Titus bahwa kematian yesus tidak lebih dari kematian kriminal lainnya. Pilatus melakukan rekayasa dengan memalsukan jenazah Yesus dan berusaha membunuh Titus dengan menyewa gladiator. Dia juga bersengkokol dengan pemuka agama Yahudi dengan menaruh racun di gelas Titus. Namun semuanya nihil.

Di sela-sela kerja keras mengungkapkan misteri ini, benih cinta mulai bersemi di hati Titus. Dia kasmaran pada Tabita. Dan cintanya ini ternyata tak bertepuk sebelah tangan meski mendapat tentangan dari ayah Tabita (F. Murray Abraham). Kedua sejoli ini lalu memutuskan untuk kawin lari, tetapi terlanjur diketahui sang ayah yang sangat murka. Dengan kalap, kepala Tabita dipukulnya dengan kayu sehingga terluka parah dan nyaris mati. Dalam kondisi tubuh yang sangat lemah, Tabita ingin didoakan oleh orang Kristen. Pada mulanya, permintaannya ditentang oleh ayahnya yang pemuka agama Yahudi. Namun mengingat mungkin itu permintaan terakhir Tabita, maka ayahnya mengizinkan Titus pergi ke Galilea untuk menemui komunitas Kristen di sana.

Di Galilea, Titus bertemu dengan Maria,--ibu Yesus--, Maria Magdalena dan Petrus. Titus memohon kepada Petrus supaya mau pergi ke Yerusalem untuk mendoakan Tabita. Dengan berat hati Petrus menolak permintaan itu karena di Yerusalem sedang ada penganiayaan terhadap orang Kristen. Dengan perasaaan kecewa Titus pulang ke Yerusalem dengan ditemani Braxus. Di tengah jalan mereka diserang suku yang tinggal di padang pasir. Braxus tewas demi menyelamatkan Titus.

***

Film ini adalah pembuatan ulang dari film berjudul L'Inchiesta, yang dibintangi Keith Carradine dan Harvey Keitel, tahun 1986. Ada sejumlah aktor tenar yang bermain di sini seperti pemenang piala Oscar F. Murray Abraham, Dolph Lundgren dan nominator Oscar Max von Sydow. Sayangnya, sutradara tidak berhasil memaksimalkan kemampuan bermain peran masing-masing aktor. Sebagai contoh, akting yang diperlihatkan Murray Abraham ketika menghajar anak perempuannya bahkan hampir seperti aktor kemarin sore.

Adegan pertempuran juga tidak digarap dengan serius sehingga penonton tidak larut dalam ketegangan. Dolph Lundgren yang dikenal sebagai aktor laga hanya terlihat mengayun-ayunkan kapak yang terbuat dari bahan lunak. Demikian juga pedang dan senjata-senjata yang digunakan tidak ubahnya properti yang digunakan pada acara komedi Opera van Java. Terlihat sekali kepalsuannya.

Anak-anak sebaiknya tidak menonton film ini karena menampilkan gambar darah dan mayat secara lugas. Sebagai contoh diperlihatkan adegan tentara Romawi yang sedang menusuk lambung Yesus. Darah bercampur air itu muncrat dari lambung-Nya. Meskipun Alkitab mencatat demikian, namun tentunya tidak harus divisualkan begitu jelas dan ;ugas. Demikian juga ketika sesosok mayat yang sudah menghitam ditampilkan. Hal ini dapat menimbulkan kengerian yang tak perlu di benak penonton.

Film yang berdurasi 90 menit ini aslinya bukan film untuk versi layar lebar. Film ini merupakan hasil pemampatan dari serial televisi berdurasi 200 menit yang diputar di Spanyol dan Italia. Maka bisa dipahami jika irama penceritaan agak tersendat-sendat, transisi antar scene terasa kurang mulus dan ada bagian tertentu yang tidak nyambung. Misalnya pada bagian akhir film tiba-tiba muncul tokoh Caligula yang licik. Ada kemungkinan pada versi aslinya memang terdapat sub plot tentang Caligula ini, namun sengaja dipotong dalam versi pendek ini.

Di luar semua kekurangan itu, tema yang diangkut dalam film ini cukup unik dan menarik. Film yang dibuat oleh televisi Italia ini meneropong kisah kematian Yesus dari kacamata bangsa Italia [kekaisaran Romawi]. Di dalam penyelidikannya, Titus mengunjungi tempat-tempat yang disebutkan dalam Alkitab. Dia mendaki ke Golgota, menemui Stefanus di penjara, dan pergi ke Betania untuk mengecek makam Lazarus. Dia ingin menelisik kemungkinan adanya unsur subversi di balik penyaliban dan kebangkitan Yesus.

Titus lalu menulis laporan pada kaisar Tiberius. Dia mengaku gagal menjalankan misinya. Meski begitu, Titus mengungkapkan bangkitnya sebuah kekuatan baru yang dapat menciptakan sebuah kerajaan baru. Jika kekaisaran Romawi memerintah dengan landasan ketakutan, maka kerajaan baru ini akan memerintah dengan kekuatan cinta.

Tiberius yang sekarat berhasil diyakinkan oleh Titus. Dia lalu mengeluarkan dekrit untuk mengangkat agama Kristen sebagai agama negara. Namun sesaat setelah dekrit dikeluarkan, kaisar Tiberius dibunuh oleh Caligula yang kemudian mengangkat dirinya sebagai kaisar yang baru. Tindakan pertama Caligula sebagai kaisar adalah membatalkan dekrit Tiberius dan memberikan hukuman mati terhadap Titus. Selamatkah Titus? Apakah Tabitha bertahan hidup? Apakah mereka bisa hidup bersama? Tak elok rasanya jika saya menuliskan di sini. Silakan tonton sendiri filmnya.

Thrillernya dapat dilihat di sini

Maaf terpotong, baca sambungannya... silakan klik ini.

Friday, February 19, 2010

Bikin Seru Sekolah Minggumu


Cara Jitu Bikin Seru Sekolah Minggu

"Jangan bermain-main terus, ayo belajar." Kata-kata ini mungkin sering Anda dengar dari mulut orangtua. Pernyataan ini tidak salah, tapi juga tidak sepenuhnya benar. Dipandang dari sudut lain, bermain adalah proses belajar juga. Dengan bermain, seseorang mendapatkan pengetahuan dan meningkatkan keterampilan tertentu.Permainan dapat menjadi sarana belajar yang baik karena aktivitas dalam permainan melibatkan lebih banyak indera manusia. Dalam teori psikologi, semakin banyak indera manusia terlibat di dalam pembelajaran, maka tingkat pemahaman dan ingatan akan pelajaran itu semakin baik.Sementara itu, dalam teori tentang pembelajaran, dikenal ada tiga gaya belajar manusia. Pertama, orang yang belajar secara visual. Dia lebih dapat memahami pengetahuan yang baru dengan cara melihat. Misalnya, menyaksikan demonstrasi, mengamati benda atau melihat gambar. Kedua, gaya orang yang belajar dengan mendengarkan. Dia lebih banyak menyerap informasi dengan mendengarkan suara dan penjelasan dari orang lain. Ketiga, orang yang mendapatkan pengetahuan setelah mempraktikkannya secara langsung. Kadangkala dia juga banyak belajar dari kesalahan yang dilakukan. Untuk itulah, kita perlu menyediakan berbagai metode supaya setiap partisipan mendapat kesempatan untuk belajar sesuai dengan gaya belajar masing-masing. Dalam hal ini permainan dapat memberikan berbagai variasi untuk variasi.Setiap orang memiliki bermacam-macam kecerdasan, tetapi dengan kadar pengembangan yang berbeda. Hal demikian disampaikan oleh Prof. Howard Gardener saat melemparkan teori tentang "multiple intelligence" atau kecerdasan majemuk. Di dalam konsepnya, setiap orang memiliki banyak jenis kecerdasan, namun ada salah satu atau beberapa kecerdasan yang lebih menonjol. Sebagai contoh, ada anak yang kecerdasan logisnya lebih menonjol. Ada anak lain yang menunjukkan kemampuan luarbiasa di bidang musik. Itu sebabnya, seorang anak yang kesulitan dalam pelajaran berhitung tidak dapat dikatakan bahwa dia lebih bodoh daripada anak yang pandai dalam pelajaran berhitung. Bisa jadi anak ini memiliki kecerdasan yang menonjol di bidang lain. Itu sebabnya, Howard Gardener menganjurkan agar proses pembelajaran dilakukan melalui berbagai pendekatan dan metode sehingga mengasah berbagai jenis kecerdasan.

Cara Jitu Bikin Seru Sekolah Minggumu



Menurut Howard Gardener dalam setiap diri manusia ada 8 macam kecerdasan, yaitu:
1. Kecerdasan linguistik
2. Kecerdasan logis-matematis
3. Kecerdasan visual-spasial
4. Kecerdasan kinestetik
5. Kecerdasan musik
6. Kecerdasan interpersonal
7. Kecerdasan intrapersonal
8. Kecerdasan naturalis

***

Di dalam buku ini terdapat 77 permainan yang telah dibagi ke dalam 8 jenis kecerdasan. Permainan dalam buku ini dapat digunakan untuk memeriahkan suasana, memecahkan suasana yang beku di awal pertemuan dan menggairahkan kembali semangat partisipan yang mengalami kejemuan. Namun lebih dari itu, permainan tersebut juga dapat digunakan sebagai pemicu untuk mendiskusikan materi, pelajaran, pengetahuan atau informasi baru.Permainan dalam buku ini sengaja dirancang secara sederhana karena tidak memerlukan alat atau persiapan yang rumit. Bahkan ada beberapa permainan yang dapat dilakukan tanpa persiapan atau spontan. Saya berharap buku ini dapat menjadi "sahabat" bagi guru, pengajar sekolah minggu, trainer, pembicara motivasi, pemimpin kelompok sel, pembimbing remaja, penyelenggara outbond, dan siapa saja yang merindukan menciptakan suasana pertemuan menjadi meriah dan bermakna.Kritik, saran dan pujian saya nantikan di email saya: purnawank@gmail.com.

Cara Jitu Bikin Seru Sekolah Minggumu


Contoh Halaman Isi

Cara Jitu Bikin Seru Sekolah Minggumu


Maaf terpotong, baca sambungannya... silakan klik ini.

Friday, September 18, 2009

Substansi dan Praktik Ibadah yang Segar

Oleh Sansulung John Sum

DENGAN cekatan, Indra menyendok kuah sup yang masih hangat tersebut dan menyeruputnya. Terasa lezat di lidah. Lagi. Ia menyendok kuah beserta sayurnya. Tiba-tiba, ia bergeming sejenak.

“Tadi gua udah berdoa apa belum ya?”

Pertanyaan itu menggelayut di benaknya dan mengganggu sanubarinya. Indra lupa. Bukan lupa berdoa. Tapi, lupa bahwa ia sebenarnya sudah berdoa sebelumnya. Sudah berdoa koq lupa, hehe.. Beberapa orang mungkin akan menghakimi, “Wah, pasti berdoanya gak dari hati tuh.”

Namun, jujur saja, kita pasti akrab dengan kejadian seperti yang dialami oleh Indra itu, bukan? Saya pernah mengalaminya. Siapa yang mau mengaku juga? Anda? Saya berani memastikan bahwa hampir semua dari kita pernah mengalaminya.

Pada tahun 2001, saya mengerjakan proofreading untuk buku Kebapaan & Pemuridan: Karakter yang Utama yang diterbitkan oleh Metanoia. Buku berjudul asli Dadship and Discipleship ini karya David E. Schroeder, pendiri MasterWorks yang membantu para murid di gereja-gereja lokal. Kami meminta Jonathan Pattiasina, Eddy Leo, dan Samiton Pangellah untuk memberikan endorsement bagi buku ini sebelum diterbitkan.

Dalam buku tersebut, David menceritakan pengalamannya ketika mengunjungi keluarga Ken yang baru saja mulai datang ke gereja yang digembalakannya. Ken berlatar belakang Yahudi dan baru menjadi Kristen.

Pada malam David mengunjungi mereka, Ken dan Nancy baru saja pulang dari toko bahan makanan. Setelah menaruh semua belanjaan ke atas meja, Ken menengok ke arah David dan berkata, “Pak, maukah Anda bersama-sama kami bersyukur kepada Tuhan atas makanan ini?”

Kemudian Ken mulai menaikkan doa syukur atas makanan itu. David merasakan doanya sangat indah. Sebuah doa yang mengalir dari hati yang penuh penyerahan.

Di kemudian hari, David bertanya kepada Nancy tentang kebiasaan yang tidak lazim itu. Nancy menuturkan bahwa mereka tidak berdoa setiap kali mau makan, tetapi selalu ketika mereka membeli bahan-bahan makanan. Ini semata-mata gagasan Ken yang menganggapnya sebagai kesempatan terbaik untuk mengungkapkan syukur kepada Tuhan.

Kisah tersebut telah mengubah paradigma saya tentang “aturan” berdoa sebelum makan.

Beberapa hari yang lalu, saya makan siang bersama seorang teman. Pada suapan pertama, teman saya itu tiba-tiba bilang, “Wah lupa berdoa nih gara-gara lapar banget.” Saya pun menyahut, “Gak apa-apa. Saya juga berdoanya tidak selalu sebelum makan. Tetapi, saya membiasakan diri beryukur atas setiap suapan yang saya makan.”

Dalam hati, saya beryukur, “Terima kasih Tuhan atas sayur ini yang mengandung vitamin A”, ketika saya mengunyah sayur tersebut. Lalu, “Terima kasih Tuhan atas ayam yang enak ini” ketika saya mengunyah potongan ayam goreng tersebut. Seperti itulah.

Mungkin ada orang yang pernah melihat saya tidak berdoa sebelum makan dan heran atas hal itu. Karena itu, kadang-kadang saya juga berdoa sebelum makan supaya tidak menjadi syak bagi orang yang tidak mengerti kebiasaan saya tersebut.

Jika kita memahami substansi praktiknya, maka kita tidak lagi terpaku pada aturan-aturan tertentu yang terkadang malah kehilangan substansinya itu sendiri. Kebebasan untuk melakukan praktik rohani yang murni dapat menghasilkan praktik-praktik yang menyenangkan dan segar.

Maaf terpotong, baca sambungannya... silakan klik ini.

Friday, December 26, 2008

Dumbeg

gumbegNama makanan ini agak unik dan menurut saya cukup lucu: "Dumbeg". Ketika pertama kali mendengar nama ini, pikiran saya segera membayangkan film kocak "Dumb and Dumberer". Setelah itu, saya teringat tradisi "Gumbregan" di desa saya. Setiap wuku Gumbreg dalam penanggalan Jawa, warga kampung saya menggelar ritual untuk mendoakan alat-alat pertanian seperti luku (bajak) garu, pacul, sabit dan sapi. Para petani mengeluarkan sesaji berupa nasi gudangan dan umbi-umbian rebus seperti uwi, gembili, suwek, garut, ganyong, singkong, ketela rambat, dll. Setelah didoakan, sesaji ini dibagikan secara merata kepada anak-anak kampung. Setelah itu mereka pindah ke rumah petani lain. Tradisi ini dilaksanakan setelah Maghrib. Anak-anak berkunjung dari rumah ke rumah sambil membawa bakul nasi untuk mengumpulkan makanan. Mirip dengan tradisi Halloween di mana anak-anak mengumpulkan permen dari rumah ke rumah.

Kembali ke Dumbeg. Makanan ini terbuat dari tepung nasi yang dibumbui dengan gula kelapa, kemudian dibungkus menggunakan daun kelapa muda (janur) dengan cara dililitkan menyerupai kerucut. Setelah itu dikukus dengan matang.
Cara memakannya dengan memegang bagian bawah yang lancip, membuka lilitannya sedikit demi sedikit untuk menyantapnya hingga habis. Rasanya tentu saja manis, namun yang menarik adalah aroma pembungkusnya. Karena mengalami proses pemanasan, maka bau yang dimiliki oleh daun kelapa itu meresap ke dalam makanan. Hal ini menimbulkan aroma yang khas.
Selain dumbeg, makanan lain yang dibungkus dengan janur adalah ketupat dan legondo. Kalau ketupat, tentu sudah banyak orang yang tahu. Bagaimana dengan legondo? Legondo adalah penganan yang terbuat dari ketan, yang bagian tengahnya diberi daging cincang, abon atau kalau pingin ngirit diberi parutan kelapa. Memang mirip sekali dengan lemper, namun dibungkus dengan janur dengan cara dililitkan membentuk silinder, lalu diikat dengan tali dari bambu. Setelah itu dikukus sampai masak.
Pada zaman yang serba praktis ini, penganan jenis seperti ini tidak lagi populer karena cara membuatnya yang agak ribet. Karena ingin cepat, maka untuk membuat ketupat tidak lagi menggunakan bungkus janur, melainkan dibungkus plastik saja. Hal ini seperti ini sebenarnya kurang tepat karena aroma janur akan hilang dari ketupat. Selain itu, ketika mengalami pemanasan yang sangat tinggi, bungkus plastik ini akan mengalami perubahan kimiawi yang bersifat racun.
Selain janur, nenek moyang kita telah menemukan berbagai jenis pembungkus makanan yang lebih ramah lingkungan dan sehat. Hampir semua suku di Indonesia mengenal daun pisang sebagai pembungkus makanan. Entah itu untuk makanan yang direbus, dibakar, dipanggang atau pun dipepes. Daun pisang juga menimbulkan aroma yang khas.
Dulu, di kampung saya menggunakan daun jati sebagai pembungkus nasi pada acara kenduri. Nasi yang masih panas dibentuk bulat seukuran bola voli, kemudian dibungkus dengan daun jati. Nasi yang masih panas, ketika bersentuhan dengan daun jati juga menimbulkan aroma yang enak. Daun talas juga dapat dipakai untuk membungkus makanan yang akan dipepes. Ada juga daun singkong yang dimanfaatkan untuk bungkus buntil.
***
Tapi hendak dikata. Gerusan gelombang kapitalisasi telah meminggirkan kearifan lokal ini. Sekarang kita sulit menemukan tempe mentah yang masih dibungkus dengan daun jati. Kebanyakan tempe sudah dibungkus plastik dan menggunakan kedelai impor yang berbiji besar-besar. Bahkan sudah ada pengusaha yang membuka usaha pengalengan tempe. Dulu, saya masih menjumpai ibu-ibu yang menggendong segulung besar daun jati untuk dijual ke pasar. Sekarang sudah tergantikan oleh kertas dan plastik. Inikah yang disebut kemajuan zaman? Atau justru menuju kepada kehancuran peradaban?
Sekarang, nasi gudeg pun dibungkus menggunakan Styrofoam. Dulu, ketika mahasiswa, saya masih bisa menikmati nasi gudeg di atas pincuk daun pisang, dimakan dengan tangan telanjang. Rasanya nikmat sekali. Waktu kecil, anak-anak di kampung saya terbiasa makan nasi uduk dengan alas daun jati yang pada acara bersih desa. Dulu, pada acara Natal, konsumsinya dibungkus dengan daun pisang. Kami menyebutnya “Sedan Hijau” karena bentuknya mirip mobil sedan. Sekarang, konsumsi Natal dikemas dengan kardus, Styrofoam atau setidaknya kertas minyak. Ini sebuah kemajuan atau kemunduran? Entahlah. Yang jelas, kalau saya merindukan makanan zaman masih kecil, saya terpaksa harus menjelajah tempat-tempat yang lebih terpelosok lagi. Pertengahan tahun 2008, ketika mengirimkan air bersih ke GKJ Baran, Gunungkidul, kami disuguhi uwi, gembili dan kacang rebus. Saya seakan dibawa oleh kapsul waktu kembali ke masa 30 tahun yang lalu.

Maaf terpotong, baca sambungannya... silakan klik ini.

Vox Populi, Vox Duit

Berkaitan dengan Pemilu 2009, Mahkamah Konstitusi membatalkan aturan pemakaian sistem nomor urut dalam penetapan calon anggota legislatif. Sebagai gantinya, maka digunakan suara terbanyak. Itu artinya, caleg yang bernomor urut nomor wahid tidak otomatis akan menjadi anggota DPR/D jika suara yang diraihnya tidak memenuhi bilangan yang ditetapkan. Sebaliknya, caleg yang bernomor buncit sekalipun masih ada peluang untuk menjadi anggota dewan.
Lalu apa implikasi dari ketentuan ini. Pertama, peraturan ini telah menihilkan kuota 30 persen bagi perempuan di lembaga wakil rakyat. Aturan baru ini ibarat sebuah pertarungan bebas. Siapa yang kuat, dia adalah yang menang. Secara sepintas hal ini kelihatan demokratis. Tapi jika ditilik lebih jauh, pertarungan bebas ini hanya dapat berlangsung fair jika dilakukan oleh pihak-pihak yang memiliki kekuatan yang sama. Dalam kenyataannya, karena tertindas oleh sistem patriarkis selama bertahun-tahun, maka kelompok perempuan kurang memiliki sumber daya dan akses informasi yang dapat digunakan dalam pertarungan bebas ini. Jadi ini seperti pertarungan antara juara kelas berat dengan kelas bulu. Seperti antara pertarungan antara Daud dan Goliat. Sayangnya, dalam kehidupan zaman sekarang tidak selamanya dimenangkan oleh Daud.
Implikasi kedua, banyak politisi karbitan yang mendadak menjadi anggota dewan. Sistem baru ini memberi kesempatan kepada setiap orang yang memiliki dana yang besar atau popularitas yang mentereng untuk menjadi wakil rakyat. Orang yang sedang ngetop dan memiliki banyak penggemar seperti artis atau penyanyi punya peluang besar untuk menang. Orang yang punya banyak uang untuk dibelanjakan dalam bentuk iklan akan mudah meraih suara. Tapi bagaimana dengan kompetensi mereka? Saya tidak mengatakan semua selebritas atau orang kaya tidak punya kompetensi, tapi lihatlah saja buktinya artis-artis yang sekarang menjadi anggota dewan yang terhormat. Berapa banyak di antara mereka yang lantang menyuarakan kepedihan rakyat? Apakah mereka rajin mengikuti rapat-rapat dengar pendapat? Apakah mereka mampu menyerap aspirasi rakyat dan mengartikulasikannya dengan tepat? Kemampuan seperti ini tidak dapat diperoleh dengan sekejap, namun hasil dari tempaan dari pengalaman berorganisasi selama menjadi kader anggota partai.
Sebagai gambaran, ketika pergi ke Solo Baru, saya melihat poster kampanye seorang caleg dari partai moncong putih yang menampilkan seorang mantan “pendeta” berinisial SH. Dia dulu berasal Muslim. Dan ketika dia menganut agama Kristen, maka terjadilah kehebohan, apalagi namanya berbau Arab. Banyak yang gereja segera mengundangnya untuk memberikan kesaksian. Kaset VCD kesaksiannya laku keras. Bahkan ada sebuah denominasi gereja yang kemudian menahbiskannya menjadi pendeta.
Namun jabatan kependetaan ini tidak berlangsung lama, karena SH ini kemudian kembali merasuk agama Muslim. Gereja yang dipimpinnya sekarang sudah ditutup. Sekarang wajahnya terpampang dengan megah pada berlembar-lembar poster di pinggir jalan. Dia berjanji akan membela rakyat. Dengan melihat kelakuannya seperti itu, apakah kita rela diwakili olehnya. Saya tidak mempersoalkan kepindahannya menjadi penganut Muslim. Bagi saya, perpindahan iman adalah masalah personal, antara orang tersebut dengan Tuhannya. Tidak ada orang lain yang bisa berdiri di tengah-tengah. Jika ada orang beragama lain yang mengakui Kristus sebagai Juruselamatnya, saya pasti akan bergembira. Sebaliknya, jika ada orang Kristen yang merasuk iman lain, jika itu membuatnya menjadi orang yang lebih baik dan saleh, maka saya dapat memahami tindakannya.
Yang membuat saya heran adalah mengapa dia bisa menjadi caleg dari partai tersebut. Apakah dia dicalonkan setelah menjadi kader partai tersebut? Atau karena prestasi tertentu? Atau dari faktor lain? Entahlah saya tidak punya data yang akurat. Tapi sejauh pengamatan saya, sekarang ini semakin banyak orang yang mendadak menjadi politisi. Tanpa pengalaman dalam dunia politik, tiba-tiba poster mereka terpampang dengan megahnya.
Secara umum, sebagian besar pemilih di Indonesia tidak melihat program yang ditawarkan oleh kandidat sebagai dasar dalam memilih. Mereka lebih terpengaruh oleh sentimen kelompok (agama, suku, aliran, dll), pengaruh pimpinan infomal dan [mungkin] uang. Kandidat yang mampu menampilkan orkes campursari atau dangdut lebih berpotensi meraup suara daripada kandidat yang menggelar acara debat/dialog program. Itu sebabnya, tidak dibutuhkan kemampuan berorasi atau berorganisasi untuk menang dalam Pemilu nanti. Siapa yang bisa menyentuh emosi dasar manusia, dialah yang akan menang. Vox Populi, Vox Duit

Maaf terpotong, baca sambungannya... silakan klik ini.

Wednesday, December 24, 2008

Banser Amankan Gereja


Kebaktian malam Natal di Klaten berlangsung dengan aman, tenteram, dan tanpa insiden yang berarti. Pada malam Natal ini GKI Klaten terpaksa mengadakan kebaktian selama dua kali karena keterbatasan tempat. Kebaktian pertama dimulai pukul 18.00 dan kebaktian kedua pada pukul 22.00 WIB.

Pada siang harinya, kami sempat dibuat was-was dengan inspeksi keamanan dari pihak kepolisian sampai sebanyak tiga kali. Tahun lalu dan tahun-tahun sebelumnya belum pernah diadakan inspeksi seperti ini. Pemeriksaan pertama dilakukan oleh tim Gegana pada pukul 10.00 pagi. Mereka memeriksa seluruh bangku-bangku gereja, mengecek setiap pot dan melongok setiap kolong dan bawah panggung.

Enam jam kemudian, datang lagi tim dari kepolisian. Kami mengatakan bahwa gereja sudah diperiksa oleh tim Gegana, tetapi mereka tetap ingin memeriksa sekali lagi. "Untuk memastikan supaya situasi aman,"kata pimpinan rombongan. Kami persilakan mereka mengerjakan perintah atasan. Toh tidak ada sesuatu yang mengganggu persiapan kami. Menggunakan detektor metal, mereka sekali lagi memeriksa gedung gereja. Menurut saya, alat itu sebenarnya tidak berfungsi efektif karena banyak metal logam di gereja yang pasti akan membuat alat itu aktif. Tapi toh tak mengapa.Setidaknya penggunaannya dapat menciptakan rasa aman.

Yang mengherankan, satu jam kemudian Kapolres Klaten beserta dengan stafnya meninjau lagi kesiapan kami. Ini baru pertama kali perwira polisi tertinggi di Klaten memeriksa langsung pengamanan Natal. Dalam hal ini kami sebagai warga masyarakat dan warga negara merasa berterimakasih dan terlindungi. Namun hati kecil merasa sedikit heran apakah harus dilakukan pemeriksaan secara beruntun? Ada apa gerangan? Apakah ada sesuatu yang membuat aparat keamanan harus waspada?

Pertanyaan ini menggantung di benak sebagian panitia hingga pelaksanaan kebaktian. Kebaktian I dihadiri lebih dari 300 orang. Seluruh kursi terisi penuh. kebaktian yang dilayani oleh pdt. Pelangi Kurnia Putri ini diiringi oleh musik Ensemble Gitar. Ada enam pemuda yang mengiringi pujian menggunakan gitar akustik. Sedangkan Kebaktian II yang dipimpin oleh pdt. Phan Bie Thon dihadiri lebih sedikit jemaat. Meski begitu, 90 persen kapasitas tempat duduk terisi oleh anggota jemaat.

Selain mendapat bantuan pengamanan dari kepolisian, kami juga mendapat pengamanan dari Banser (Barusan Serbaguna) dari NU. Ada puluhan pemuda Muslim berpakaian doreng-doreng yang ikut berjaga di depan gereja. Selama ini, gereja kami memang menjalin hubungan baik dengan rekan-rekan dari NU. Setiap mengadakan Pasar Murah, kami sering melakukannya bersama-sama dengan para santri dan Pondok Pesantren "Pancasila Sakti", pimpinan kyai karismatik mbah Lim. Itu sebabnya, pada malam Natal ini, mereka menawarkan diri untuk ikut menjaga keamanan selama ibadah berlangsung.

Lihiat videonya di sini

PIC_1022

Ibadah Malam Natal, 24 Desember di GKI Klaten PIC_1024

Pengamanan dari Banser NU

Maaf terpotong, baca sambungannya... silakan klik ini.

Monday, November 24, 2008

Video Latihan Observasi

Saya diundang oleh Yayasan Lembaga SABDA (YLSA), Solo untuk memberi pelatihan kepada staf mereka. Kalau Anda menggunakan program alkitab elektronik SABDA, Anda pasti mengenal lembaga ini.
Salah satu teknik yang diajarkan dalam pelatihan itu adalah pengumpulan data menggunakan metode observasi. Berikut rekaman videonya.

Video: Purnawan Kristanto
Nonton Bioskop Gratis!

Maaf terpotong, baca sambungannya... silakan klik ini.

Teknik Membaca Cepat

Oleh Purnawan Kristanto
Ketika mengumpulkan bahan-bahan dari sumber sekunder, Anda tidak mungkin membaca keseluruhan bahan sebelum memastikan akan memakai bahan tersebut atau tidak. Ibarat sedang belanja bahan, Anda tidak mungkin meneliti semua bahan masakan yang ada di pasar. Anda harus memeriksa dan memutuskan dengan cepat. Dalam hal ini dibutuhkan keterampilan membaca cepat.

Syarat utama untuk dapat membaca cepat adalah Anda mengetahui dengan persis bahan apa yang sedang Anda cari. Ketika masuk ke pasar, Anda sudah punya daftar belanjaan. Dengan demikian Anda mudah mencari bahan-bahan. Jika Anda akan memasak steak, maka Anda segera pergi ke bagian daging.


Langkah pertama adalah melakukan pemindaian secara cepat. Anda hanya mencari bagian-bagian yang Anda butuhkan. Ini seperti Anda melihat papan penunjuk los-los di pasar. Anda berjalan dengan cepat dengan tidak menghiraukan barang-barang dagangan yang dipajang. Begitu Anda melihat papan penunjuk bertulis "daging sapi", barulah Anda berhenti, kemudian memperhatikan barang dagangan secara mendetil. Analogi serupa dilakukan ketika membaca bahan pustaka. Anda mencari "papan penunjuk", biasanya berupa judul bab, sub judul atau kata-kata kunci. Ketika sampai pada bagian yang dikehendaki, barulah Anda membacanya dengan tempo yang lebih lambat sehingga dapat memahami isinya.

Ketika Anda membaca uraian secara terperinci, Anda masih perlu menguasai keterampilan membaca yang efisien. Pada saat mulai belajar membaca, kita diajari untuk mengeja huruf demi huruf atau membaca kata demi kata. Ketika kita merasa tidak yakin telah membaca dengan benar, maka kita mengulang lagi kata atau kalimat yang telah kita lewati. Hal ini jelas menyita waktu dan menguras energi. Bayangkanlah otot bola mata Anda harus bekerja keras karena bolak-balik bergerak dari kiri ke kanan dan sebaliknya.

Seorang pembaca yang terlatih akan membaca beberapa kata dalam satu blok. Matanya hanya berhenti sejenak pada sebuah blok kemudian berpindah ke blok berikutnya. Dia jarang sekali kembali ke blok sebelumnya. Cara ini akan menghemat waktu dan menambah jumlah informasi yang dapat diserap oleh otak.

Hambatan lain dalam membaca cepat adalah kebiasaan membaca dengan bibir bergerak-gerak. Gerakan otot lebih lambat daripada kecepatan gerak otak. Jika kita membaca dengan gerakan bibir, maka otak dipaksa melambatkan kecepatannya untuk menyesuaikan diri dengan gerakan bibir.

Teknik SQ3R

Teknik ini sangat membantu kita dalam menyerap informasi tertulis. Bagaimana caranya? Teknik ini menggunakan metode penahapan dalam membaca.

1. Survey

Lakukan pemindaian terhadap daftar isi, pendahuluan, bab pertama/pengantar dan bagian ringkasan untuk mendapatkan gambaran umum isi buku. Tentukan apakah Anda akan menggunakan bahan ini atau tidak. Jika ya, maka Anda bisa melangkah ke tahap berikut

2. Question

Buatlah daftar pertanyaan yang berkaitan dengan bahan-bahan yang sedang Anda cari. Pertanyaan ini dapat digunakan sebagai tujuan utama di dalam membaca buku tersebut.

3. Read

Sekarang bacalah isi buku tersebut. Lewati bagian yang kurang menarik. Ketika sampai bagian yang dapat digunakan sebagai bahan penulisan, bacalah dengan cermat. Dalam hal ini Anda boleh membaca dengan tempo lambat, terutama jika pembahasannya sulit dipahami. Ketika membaca, jangan lupa untuk mencatat bagian-bagian yang menarik.

4. Recall

Ketika Anda membaca uraian yang Anda butuhkan, maka pahami isinya dan ingat-ingatlah bagian itu. Simpanlah kata-kata kunci di dalam ingatan Anda. Proses ini sangat penting jika Anda akan melakukan parafrasa bacaan tersebut sehingga tidak melanggar hal cipta karena melakukan plagiat.

5. Review

Setelah mengingat-ingat, Anda dapat beralih ke tahapan terakhir yaitu mengulas materi yang Anda dapatkan. Tindakan ini dapat dilakukan dengan membaca ulang uraian dalam buku tersebut, mengembangkan catatan Anda atau mendiskusikannya dengan orang lain. Cara lain yang sangat efektif adalah mengajarkan informasi itu kepada orang lain. Dengan cara ini, Anda akan semakin ingat informasi yang Anda ajarkan.

Maaf terpotong, baca sambungannya... silakan klik ini.

Teknik Mengumpulkan Bahan Tulisan

Anda tidak akan membuang waktu dengan sia-sia jika Anda menggunakan pengalaman dengan bijaksana.

Auguste Rodin

Sebuah artikel di situs www.sabda.org mengibaratkan menulis cerita sebagai usaha menyiapkan hidangan perjamuan makan. Penulis mengutip Matius 22:4, “Sesungguhnya, hidanganku telah kusediakan ... semuanya telah tersedia, datanglah ke perjamuan."

Keberhasilan suatu perjamuan ditentukan oleh persiapan-persiapan yang telah dibuat. Tidak ada seorang tamu pun yang telah diundang ke suatu perjamuan, yang akan senang bila ia tiba di tempat perjamuan dan mendapati bahwa belum ada persiapan apa-apa. Kurangnya persiapan menunjukkan kurangnya perhatian kepada tamu yang diundang. Persiapan yang banyak bagi kesenangannya akan menyebabkan tamu itu merasa dirinya dipentingkan. Tentunya setelah selesai, dia akan meninggalkan pesta itu dengan mengatakan, "Perjamuannya baik sekali. Saya benar-benar menikmatinya!"

Benar, persiapan yang cukup adalah langkah pertama untuk menentukan apakah suatu usaha akan berhasil. Ada pepatah, “Jika kita gagal melakukan persiapan, maka sebenarnya kita telah melakukan persiapan untuk gagal.” Persiapan yang baik adalah setengah perjalanan menuju kesuksesan. Prinsip yang sama juga berlaku dalam menulis. Persiapan menulis memakan waktu dan usaha. Namun, persiapan itu sangat penting bagi keberhasilan!

***

Sebelum memasak, seorang koki harus menentukan menu masakannya lebih dulu. Demikian juga, seorang penulis harus menetapkan “menu tulisan” lebih dulu. Jika menu sudah dibuat, maka tindakan berikutnya adalah pergi ke pasar untuk berbelanja bahan-bahan yang diperlukan. Anda bisa berbelanja bahan-bahan cerita di pasar ide. Ada tiga jenis pasar ide, yaitu pasar ingatan, pengamatan dan riset. Pada sessi pertama kita sudah mengulas dan mempraktikkan belanja bahan dari pasar ingatan. Sessi berikut, kita akan berbelanja di dua pasar yang lain.

I. PASAR PENGAMATAN

Meskipun ingatan dapat menjadi sumber cerita yang kaya, tetapi Anda tidak semua hal masuk ke dalam ingatan Anda. Contohnya, kalau Anda dibesarkan di gunung, Anda mungkin tidak punya kenangan atas kehidupan di laut. Kalau Anda lahir dan besar di kota, Anda mungkin tidak memiliki kenangan atau pengalaman sebagai penggembala. Untuk itu, Anda dapat memakai teknik pengamatan atau observasi.

a. Pengamatan Objek

Di dalam kemiliteran sebelum menyerbu sebuah kota, sang perwira biasanya mengirimkan unit mata-mata untuk menyusup ke sasaran serbu. Tugas mereka adalah mengamati situasi di dalam kota dan mengumpulkan informasi intelijen sebanyak-banyaknya. Misalnya mencatat keadaan jalan, pembangkit listrik, instalasi militer, sarana komunikasi, jumlah penduduk dll.

Mirip dengan agen spionase, dalam metode ini Anda mendatangi sebuah tempat dan mencatat apa saja yang menonjol dan berkesan bagi Anda. Berikut caranya:

a. Bawalah bloknot dan alat tulis. Datangilah sebuah tempat yang ingin Anda amati, kemudian tentukan sudut pandang Anda. Ada empat sudut pandang:

a.1. Sudut pandang wisatawan

Posisi mata Anda sejajar dengan objek yang akan diamati. Anda dapat mengamati salah satu sisi objek yang diamati: sebelah muka, belakang dan samping.

a.2. Sudut pandang burung

Posisi mata Anda di atas objek yang diamati. Misalnya, Anda mengamati lapangan parkir dari puncak gedung, menyaksikan pertandingan sepakbola dari tribun atas, melihat perkotaan dari pesawat terbang.

a.3. Sudut pandang katak

Posisi mata Anda di bawa objek yang diamati. Misalnya, Anda melihat patung jenderal Sudirman di Jakarta, melihat puncak Monas, memeriksa kolong mobil dll.

a.4. Sudut pandang komidi putar

Pada komidi putar, kita dapat melihat seluruh sisi objek karena objek itu berputar. Karena tidak semua objek dapat diputar, maka dalam hal ini si pengamatlah yang berputar. Ia mengelilingi objek untuk mengamati semua sisinya.

b. Perhatikan objek tersebut dan tuliskan apa saja yang dapat Anda lihat, dengar, cium dan rasa. Pergunakan semua indera yang Anda miliki. Sama seperti dalam curah gagasan, Anda tidak perlu memusingkan masalah susunan kalimat, penulisan ejaan, alur logika dll. Tugas pokok Anda adalah menuliskan kesan dominan yang tertangkap oleh indera-indera Anda.

c. Setelah 15 menit, bacalah catatan yang Anda buat. Lihat objek yang diamati sekali lagi, untuk mengetahui jika ada sesuatu yang ketinggalan untuk dicatat. Akhirnya, tuliskan komentar singkat berdasarkan catatan tersebut.

Contoh

Lokasi: Alun-alun

Waktu: 15.00-17.00

Cuaca: Cerah

· Lapangan berdebu. Rumput kering karena lama tidak turun hujan

· Anak-anak laki-laki asyik bermain sepakbola. Bolanya sudah butut

· Ibu mengajak bayi jalan-jalan sambil menyuapi

· Bau busuk tercium dari selokan yang mampet

· Udara terasa hangat, angin berembus semilir

· Seorang pengamen asyik menghitung hasil ngamennya di bawah pohon beringin

· Seorang anak menangis keras minta jajan es krim

· Penjual sate keliling membakar sate ayam di atas gerobak dorongnya. Baunya enak

b. Pemetaan

Jika Anda memiliki gaya belajar visual, maka Anda dapat melakukan pengamatan dengan membuat sketsa peta. Anda menggambarkan situasi yang Anda amati dengan coretan-coretan tertentu. Ada tiga jenis peta dasar:

Peta spasial. Jenis ini yang paling mudah dibuat karena sama dengan peta konvensional yang selama ini kita kenal. Sang pembuat peta melihat objek-objek, kemudian menempatkannya pada sebidang kertas dengan jarak yang proporsional dengan benda yang lain.

Peta aktivitas. Jenis ini masih memanfaatkan peta spasial, namun sang pengamat membuat catatan tentang pergerakan objek yang diamati dengan menggambar garis putus-putus yang menghubungkan antar lokasi.

Peta figuratif. Peta jenis ini menggambarkan objek dengan perspektif dua atau tiga dimensi. Teknik ini membutuhkan keterampilan menggambar yang di atas rata-rata.

2. PASAR RISET

Ada pepatah mengatakan, “Learn from other people's mistakes, life isn't long enough to make them all yourself.” Meski kelihatannya bercanda, tapi ada kebenaran indah di dalam kebenaran ini. Kita harus belajar dari orang lain. Tidak hanya dari kesalahan mereka saja, tetapi juga dari keberhasilan mereka.

Dengan belajar dari orang lain, kita bisa menghemat waktu, biaya dan sumberdaya lainnya. Sebagai contoh, Anda mungkin belum pernah melihat padang rumput di Israel karena untuk pergi ke sana membutuhkan ongkos besar. Hal ini dapat disiasati dengan riset, yaitu meminta informasi dari orang lain. Ada beberapa langkah yang baik untuk memulai riset:

a. Mulailah dengan perpustakaan pribadi. Kumpulkan kliping dari berbagai macam koran dan majalah yang menarik. Selain itu, Anda pun perlu melengkapi perpustakaan dengan buku‑buku tafsir yang baik, telaah Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, kamus‑kamus, konkordansi lengkap, ensiklopedia dan bermacam buku teologia, sejarah, arkeologi, penelitian penulis lain, geografi, kebudayaan dan lain sebagainya. Makin lengkap perpustakaan Anda, makin mudah Anda dalam membuat cerita menulis.

b. Gunakan sumber‑sumber informasi. Di Indonesia ada LINK (Lembaga Informasi Kristen), Pusat Perpustakaan Nasional dan sebagainya. Nah, mengapa kita tidak memanfaatkan sumber‑sumber informasi yang bisa memperkaya dan memberi bobot pada cerita Anda?

c. Mengunjungi para pakar. Di samping sumber‑sumber tertulis di atas, Anda pun bisa mendapatkan informasi dari berbagai pakar menurut bidang keahlian mereka masing‑masing. Mereka biasanya senang membagikan ilmu dan keahlian yang mereka miliki, asal kita menanyakan secara sopan serta menjelaskan untuk apa informasi yang kita tanyakan itu. Kalau sumber 'hidup' ini jaraknya dekat, kita bisa langsung datang ke rumahnya dengan perjanjian lebih dulu. Kalau jaraknya jauh, dan cerita dikejar oleh deadline, Anda bisa menyuratinya lebih dulu.

d. Akses internet. Kalau Anda memiliki komputer, modem dan saluran telepon, maka Anda bisa “menjelajahi dunia”. Ada informasi melimpah yang bisa didapatkan dari internet. Gunakan search engine semacam Google.com, Yahoo.com, Ask.com untuk mendapatkan informasi yang diinginkan.


Maaf terpotong, baca sambungannya... silakan klik ini.

Teknik Menulis Cepat

Penulis pemula biasanya bengong cukup lama karena tidak tahu harus menulis apa. Hal ini terjadi karena dia sedang mengharapkan ilham lewat di kepalanya. Pada zaman yang serba cepat ini, metode seperti ini akan membuat kita ketinggalan zaman. Perkembangan teknologi komunikasi yang sangat pesat mendorong orang untuk menulis secara cepat pula. Jika tidak, maka tema tulisan yang kita usung menjadi basi dalam hitungan hari, bahkan dalam hitungan hitungan jam. Jika saat ini Anda masih menulis tentang Obama, maka tulisan Anda tidak akan diminati karena momentumnya sudah lewat.

Untuk itu, kita perlu menguasai teknik penulisan cepat. Metode ini lebih mengandalkan ingatan (memori) kita sebagai bahan tulisan. Jika kita masih harus mencari bahan-bahan penulisan lagi, maka proses penulisan kita menjadi ters

Berikut contohnya:

· Bunga

· Tukang Kebun

· Sederhana

· Anak banyak

· Nakal

· Polisiendat sehingga tidak dapat dikatakan penulisan cepat lagi.

a. Kode Kata

Salah satu kunci untuk membuka peti ingatan kita adalah dengan kode kata. Cara yang dipakai adalah dengan memilih kata kunci dari tema cerita atau premise yang sudah ditentukan. Kata ini dipakai sebagai pijakan awal yang akan menuntun kita untuk menemukan satu tema cerita yang spesifik. Setiap kata akan memicu Anda untuk memikirkan beberapa pengalaman yang Anda memiliki. Ketika Anda mengingat kembali satu pengalaman, hal itu akan mendorong Anda untuk menghubungkannya dengan pengalaman lain yang mungkin terlupakan.

· Kegaduhan

Perhatikan daftar di atas dimulai dari kata yang netral “bunga”. Kata tersebut berhubungan dengan “tukang kebun.” Demikian seterusnya, hingga akhirnya kita menemukan bahan cerita. Dari serangkaian kata-kata ini didapatlah bahan cerita tentang kehidupan tukang kebun yang sederhana, punya anak banyak tapi nakal-nakal sehingga terpaksa berurusan dengan polisi.

Anda bisa memulai metode ini dengan satu kata kunci dari tema tulisan hendak Anda buat. Misalnya, ketaatan, kerendahan hati, ketegaran, kasih, sukacita dll.

b. Curah Gagasan (Brainstorming)

Metode ini merupakan pengembangan dari metode kode kata. Berawal dari sebuah kata, kita menuliskan semua ide yang berkaitan dengan kata tersebut. Hal ini dapat diibaratkan seperti mencurahkan air di dalam gelas ke dalam baskom. Seluruh isi gelas dituangkan semuanya. Tidak ada yang dipilih-pilih. Demikian juga dalam menuliskan ide, tuliskanlah apa saja yang terlintas di otak Anda, tanpa menyeleksinya. Anda tidak perlu memusingkan urut-urutannya, alur logika atau ejaan tulisan.

Contoh:

Ikan

Rasul Petrus menjala ikan

Yesus ikut makan ikan

Ikan bakar bebas kolesterol

Memancing itu asyik

Menjala hasilnya lebih banyak

Yunus pernah ditelan oleh ikan besar

Hati-hati tertusuk duri ikan

Ketika semua ide sudah dituangkan, selanjutnya bacalah daftar ide Anda. Apakah Anda dapat menarik sebuah benang merah di antara daftar itu? Apakah ada ide yang perlu dibuang? Apakah ada kaitan diantara ide tersebut? Setelah membaca kembali daftar ide di atas, saya mendapat ide membuat cerita tentang petualangan dua ekor ikan pada zaman Yesus. Salah satu ikan tersebut tersangkut dalam jaring yang ditebarkan Petrus.

c. Menulis Bebas

Metode ini hampir mirip dengan melamun. Caranya diawali dengan suatu kata tertentu, Anda menulis secara bebas. Tidak harus berkaitan dengan kata kunci tertentu (inilah perbedaan dengan curah gagasan). Tujuan utamanya adalah menulis kalimat sebanyak-banyaknya dalam waktu tertentu (5-10 menit) tanpa berhenti. Anda tidak perlu merisaukan arah tulisan tersebut dan ketepatan ejaan. Tulis saja dengan bebas.

Ada dua teknik yang dapat digunakan. Pertama, menggunakan kode kata sebagai panduannya. Kedua, menulis bebas secara total. Anda menulis seperti mengikuti air yang mengalir. Anda tidak tahu dan tidak meriasukan kemana tujuan akhir dari aliran itu. Yang penting Anda menuangkan apa saja yang terekam di benak Anda.

Contoh:

Hmmm….cerita apa yang bisa kubuat? Ah aku belum punya ide sama sekali. Ide, ide, ide…mengapa ketika dibutuhkan justru tidak datang. Tapi ketika sedang tidak butuh, engkau datang tiba-tiba tanpa memberitahu dulu. Datangmu seperti pencuri. Tidak tahu kapan engkau datang. Engkau datang tanpa mengetuk, dan pergi tanpa permisi. Eh, ya…Tuhan Yesus ‘kan pernah juga memakai perumpamaan ini untuk menggambarkan waktu kedatangan-Nya yang kedua. Kita tidak akan pernah tahu, kapan Dia akan datang lagi sebagai Hakim Agung. Tapi di situlah asyiknya. Kita seperti bermain tebak-tebakan. Apakah hari ini Dia akan datang…. tidak….. datang… tidak… datang… tidak… datang… tidak. Apakah itu seperti menebak seperti ketika menghitung suara tokek? Enggak juga sih. Yesus sudah memberi tanda-tanda. Kita tinggal membaca tanda-tanda zaman saja, maka kita tahu kapan Dia akan datang. Yang dibutuhkan adalah soal kepekaan. Kita harus peka dalam membaca zaman. Ngomong-ngomong soal kepekaan. Dalam bahasa Inggris disebut sensibilitas. Akar katanya adalah sense. Menurut kamus berarti: pikiran, perasaan, kebijaksanaan dan indera. Itu artinya untuk mengasah kepekaan berarti kita melatih menggunakan indera, otak, hati dan roh.

Perhatikan contoh di atas. Berawal dari ketiadaan ide, tulisan tersebut bergerak bebas tanpa fokus yang jelas, namun dengan cara itu justru memunculkan gagasan-gagasan baru. Ini seperti melamun yang ngelantur kemana-mana.

Jika dirasa sudah cukup, maka baca kembali hasil tulisan bebas tersebut. Temukanlah ide-ide menarik yang dapat dikembangkan. Dari tulisan di atas, kita dapat mengembangkan cerita tentang menyambut kedatangan Yesus.

d. Pemetaan Pikiran

Pemetaan pikiran (mind mapping) adalah sistem perekaman pikiran supaya kita biasa menggunakan otak kiri maupun otak kanan dengan baik. Seluruh bagian otak digunakan untuk berpikir. Untuk melakukan ini, kita dapat menggunakan kata-kata kunci, lambang, dan warna. Mind mapping memungkinkan kita membangkitkan dan mengatur pikiran-pikiran pada waktu yang sama.

· Catat poin utama, pikiran atau ide utama.

· Lingkari gagasan utama, kemudian gunakanlah cabang-cabang yang saling menyambung untuk menunjukkan ide-ide yang berhubungan.

· Dalam membuat catatan, petakan hal-hal yang sedang Anda pikirkan. Anda akan membangkitkan lebih banyak ide, melihat hubungan di antara kata-kata kunci, dan lebih bersenang-senang!

Selesai melakukan pemetaan, lihat peta tersebut secara umum. Temukanlah apakah Anda dapat menarik jalinan cerita dari peta otak tersebut.

MENULIS BUKU JURNAL

Seorang penulis wajib memiliki dan selalu membawa buku kecil (atau PDA) kemana pun dia pergi. Inilah yang disebut buku jurnal. Buku ini berbeda dengan buku harian (diary) yang mencatat segala kegiatan fisik setiap hari. Buku ini merupakan catatan dari aktivitas otak kita. Buku ini mencatat semua hal yang terlintas di otak Anda, entah itu ide, kegelisahan, pergumulan, pengalaman atau kekesalan Anda.

Ilham atau ide itu bisa datang kapan saja, tanpa diundang dan tak bisa ditolak. Ketika ide itu datang, kita harus segera mencatatnya. Jangan pernah mempercayai ingatan Anda, karena ingatan kita ini sangat terbatas. Jika kita lalai mencatat dan tidak ingat lagi ide tersebut, maka kita telah melepas angsa yang bertelor emas.

Dengan selalu mengantongi buku jurnal, ada dua keuntungan yang Anda dapatkan:

Pertama, melatih keberanian Anda untuk menulis. Buku jurnal memberikan kebebasan menulis sebebas-bebasnya karena hanya Anda yang akan membacanya. Jadi tidak perlu takut dalam menuangkannya dalam bentuk tulisan. Ada pepatah:practice make perfect (kita bisa karena terbiasa).

Kedua, menyediakan sumber tulisan. Setiap bulan saya harus menulis 11 renungan untuk renungan Blessing. Saya selalu menggunakan jurnal yang saya tulis di blog saya sebagai bahan penulisan. Karena sudah terbiasa menulis jurnal, hal iru memudahkan saya untuk mencari bahan tulisan dengan cepat. Meski efeknya tidak langsung, tetapi menulis jurnal dapat mendukung kita ketika ingin menulis dengan cepat.

Maaf terpotong, baca sambungannya... silakan klik ini.

Wednesday, October 29, 2008

Aman di Mana-Mana Tatkala Tiada yang Aman


Oleh Johannes Darsum, literature minister

Datanglah kerajaan-Mu, kehendak-Mu jadilah. Kerajaan Allah sudah datang dan sedang datang. Bagaimanakah bentuk kehadiran kerajaan Allah?

Kerajaan Allah adalah Kehidupan

Kerajaan Allah hadir dalam bentuk “kehidupan”. Melalui kesaksian kitab-kitab Injil, kita mendapati bahwa hati Yesus senantiasa terarah kepada kehidupan. Kerajaan Allah sudah datang dan sedang datang. Kerajaan Allah sudah datang dalam teladan kehidupan-Nya. Akulah kehidupan, kata-Nya (Yohanes 14:6). Kerajaan Allah juga sedang datang ke dalam kehidupan setiap orang yang mau menyambutnya.

Kerajaan Allah hadir dalam bentuk kehidupan, bukan dalam bentuk agama. Sistem keagamaan, dan pemuka agama justru kadang kala menghalangi kehadiran kerajaan Allah. Bukan kehidupan yang ada di dalam mereka, tetapi kematian (Matius 23:27). Itulah yang hendak direformasi oleh Yesus Kristus.

Ia berulang kali mendobrak sistem keagamaan yang dibangun oleh pemuka agama dan kalangan elite Yahudi. Puncaknya adalah kemarahan-Nya terhadap praktik “sertifikasi” halal yang menguntungkan kelompok mereka sendiri (Matius 21:12-13).

Pembelaan-Nya kepada kehidupan tergambar jelas dalam kejadian di ladang gandum (Markus 2:23-28), di sinagoge (Markus 3:1-6), di rumah pemimpin orang Farisi (Lukas14:1-6), dalam penggerebekan perempuan yang berzinah (Yohanes 8:1-11), dan banyak kejadian lainnya.

Kehidupan adalah Keamanan

Tidak ada tempat yang aman. Tidak di Indonesia. Tidak di Amerika. Kejadian mutakhir membuktikannya. Everything is risky, kata pakar Risk Management Larry Laudan. Segala sesuatu beresiko, tidak ada yang aman. Namun, bagi orang yang memiliki kehidupan, resiko sebesar apapun tidak lagi menakutinya. Ya, karena Anda kini lebih hidup, sungguh hidup!

Tidak ada yang dapat menghalangi Anda. Seperti Yesus yang tidak mau dihalangi oleh siapa dan apapun demi kehidupan. Begitulah teladan kehidupan-Nya, hidup dalam segala kelimpahan (Yohanes 10:10). Di dalam “kehidupan” yang seperti itu, di dalam kerajaan Allah, di dalam Dia yang memberi kekuatan, segala sesuatu dapat Anda tanggung! (Filipi 4:13).

Tatkala Anda beralih dari sistem keagamaan kepada kehidupan, Anda akan mempunyai paradigma baru terhadap tutorial kehidupan yang Allah berikan, yaitu segenap sabda-Nya. Anda akan merasa beruntung memilikinya. Anda akan gemar mempelajarinya. Anda akan antusias menerapkannya. Anda hidup dan bergerak di dalam sabda-Nya.

Tidak ada tempat yang aman. Namun, tempat yang aman ada di mana-mana. Ya, tempat di mana pun bisa menjadi aman, yaitu tatkala kerajaan Allah hadir di sana. Jika kerajaan Allah sudah hadir dalam kehidupan Anda, niscaya kehidupan Anda pun menghadirkan kerajaan Allah di manapun Anda berada dan ke manapun Anda pergi. Anda sudah aman. Amankan pula lingkungan Anda.

Maaf terpotong, baca sambungannya... silakan klik ini.

Monday, October 27, 2008

Mengoperasikan Iman Kristiani


Masih efektifkah iman kristiani kita dalam realita baru kehidupan ini? Bagaimana agar aplikatif dalam kehidupan nyata?

Bagaimana mengejawantahkan ora et labora (serta akal-penalar et budi-pekerti) untuk mencapai kesuksesan dan melampauinya dengan tujuan-tujuan yang lebih tinggi dalam Tuhan?

Masih mungkinkah damai sejahtera dan sukacita berdasarkan kebenaran, dan senantiasa beryukur, dalam menghadapi pergumulan di dunia yang makin mengglobal ini?

Bagaimana sepatutnya kita menyikapi fenomena The Secret dan ajaran New AgeMovement?

"My though speaks softly in my ears, be clean in body and spirit even if you have nowhere to lay your head." [Kahlil Gibran]

Simak uraiannya dalam buku terbaru saya,
"The Secret & Purpose Driven Life: Menggapai Manusia Baru, Pikiran Baru, HidupBaru".

Buku yang pas dibaca dalam masa awal tahun baru ini.

Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu. Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di surga. Matius 5:15-16

Maaf terpotong, baca sambungannya... silakan klik ini.

Kritisi Ajarannya, Reguk Dahsyatnya!


Daftar Isi:
-Pengantar
1. Quantum Ora-et-Labora
2. The Law of Attraction & Positive Thinking
3. Manusia Baru & Rahasia Keunggulannya
4. Pikiran Baru & Transformasi Akal-Budi
5. Minta, Percaya, Terima
6. Hidup Baru & Penuh Makna
7. The Law of Abraham & Abundant Blessing
8. Gratitude & Positive Attitude
-Penutup: Kaidah Emas Versi Positif Hanya Ada di Alkitab

Ukuran: 13,5 x 17 cm2
Tebal: 136 hlm
Disertai Panduan Mengenali Impian Anda Seutuhnya Berdasarkan Quantum Ora-et-labora
Penulis adalah seorang literature minister, yang aktif dalam komunitas penulis & jurnalis Krisiani (Penjunan) dan lama bekerja fulltime di sebuah gereja di Jakarta. Sekarang melayani di Abbalove Oikos Community.

Maaf terpotong, baca sambungannya... silakan klik ini.